Tadi ketika aku asyik membelek koleksi-koleksi sajak lamaku di Antologi Dunia, aku terbaca sebuah nukilanku yang bertajuk "Mawar". Sajak yang dikarang pada 7 Julai 2008 ini cukup mendalam kerana aku menganalogi cinta dan hidup kita sekarang sebagai sekuntum mawar. Tiba-tiba rasa ingin dikongsikan sekali lagi dengan pembaca sekalian, terutamanya kepada orang yang aku sangaaat sayang! : )
MAWAR
Lembut kelopaknya
harum tiada tara,
indah nian rias
terang warna bias.
Namun tak sempurna jua-
Duri-duri tajam lasak,
tak bisa dibawa bersajak,
kian kudupnya tumbuh
Kian tajam durinya utuh.
Namun masih juga menawan.
Terpikat hati bila memandang
Walau duri bersama batang.
Umpama manisnya hidup dan cinta,
juga punyai duri yang bisa melukakan kita.
Namun janganlah takut hidup dan bercinta.
Kerana,
hidup tak terkecuali juga,
dari menerima luka dan duka.
Bersakitlah buat sementara,
bersenang nanti di hari muka.
Maka petiklah mawar,
walau jari pilu terluka,
dibawa berhias cantik juga.
No comments:
Post a Comment